Blog yang Membahas tentang Belajar Islam, Kumpulan Doa, Kisah Islami, Dakwah Islam, Tuntunan Islam, Tata Cara Islami, Kajian Islam, Berita Islami

Tuntunan Islam dalam Bekerja

Tuntunan Islam dalam Bekerja - Hallo sahabat Tuntunan Islam, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Tuntunan Islam dalam Bekerja, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Kajian Islam, Artikel Tuntunan Islam, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Tuntunan Islam dalam Bekerja
link : Tuntunan Islam dalam Bekerja

Baca juga


Tuntunan Islam dalam Bekerja

Beribadah dengan cara Bekerja


Assalamu'alaikum... Sahabat islam yang dirahmati oleh Allah SWT, dunia semakin berkembang pesat dan kebutuhan semakin banyak dimana menuntut kita harus bekerja, tapi tetap dalam memegang teguh prinsip Tuntunan Islam dalam Bekerja, agar kerja kita membawa keberkahan untuk kita sebagai pelakunya dan menjadikan kerja kita memiliki nilai ibadah.

Alasan Kenapa Harus Bekerja?

tuntunan islam dalam bekerja
Butuh Kerja
Sahabat Islam, pada dasarnya manusia diciptakan oleh Allah adalah semata-mata untuk beribadah kepada Allah. Oleh karenanya kita sebagai manusia harus menetapkan hidup kita hanya untuk itu, hanya untuk beribadah kepada Allah. Sebagaimana firman Allah di dalam Al-Quran :
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (Q.S Adz-Dzariyat: 56)
           
Tapi kita adalah makhluk ciptaan Allah yang tidak sempurna, kita tidak akan kenyang jika tidak makan, kita tidak akan menggunakan pakaian yang layak jika tidak membelinya, dan masih banyak lagi kebutuhan yang harus dipenuhi, karena kita adalah makhluk hidup, apalagi hidup di zaman sekarang ini dimana tidak ada yang gratis. Bahkan di tempat tertentu buang air kecil pun harus bayar, betul tidak...?

Nah, untuk dapat memenuhi itu semua kita harus bekerja (Ikhtiar), lagi pula bekerja itu merupakan salah satu bentuk ibadah kepada Allah jika diniati dengan benar, contohnya membaca Basmalah ketika hendak mulai bekerja. Di samping itu, dengan bekerja kita akan mendapatkan upah dari hasil pekerjaan kita, dari upah yang kita terima itu kita dapat berbagi dengan mereka yang membutuhkan dengan alasan untuk mendapat Ridha dari Allah, dan itu merupakan perbuatan yang mulia, sebagaimana firman Allah :

“Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rizkinya hendaklah memberi nafkah dari apa yang telah Allah karuniakan kepadanya. Allah tidaklah memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekedar) apa yang telah Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan setelah kesempitan.” (Q.S Ath-Thalaq:7)

Apalagi untuk seorang suami, sudah menjadi kewajiban memenuhi kebutuhan istrinya, bahkan bila perlu memberikan yang terbaik sesuai dengan kemampuannya. Firman Allah :

“Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang baik.” (Q.S Al-Baqarah : 233)

Nabi SAW juga pernah mengatakan kepada Sa’ad bin Abi Waqqas:

“Sesungguhnya bila kamu meninggalkan ahli warismu dalam keadaan berkecukupan, (itu) lebih baik daripada kamu meninggalkan mereka dalam kekurangan dan menjadi beban orang lain.” (H.R Bukhari & Tirmidzi)

Perkataan itu diucapkan Nabi setelah Sa’ad bermaksud menyedekahkan semua hartanya, yang kemudian disarankan Beliau agar menyedekahkan sepertiga saja, karena proporsi demikian itu sudah banyak, sementara keluarganya juga harus dicukupinya.

Nabi dalam haditsnya menganjurkan kita kaum muslimin untuk berusaha dan mencari nafkah apa saja bentuknya, asalkan itu halal, baik, tidak ada syubhat, dan tidak dengan meminta-minta. Kita disunahkan untuk ta’affuf (memelihara diri dari minta-minta), sebagaimana yang Allah SWT sebutkan dalam firman-Nya:

“(Berinfaklah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di muka bumi. Orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri dari minta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui.” (Q.S Al-Baqarah : 273).

Diriwayatkan dari Zubair bin Awwam dan Abu Hurairah yang mengatakan bahwa:

Rasulullah SAW bersabda : “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh seorang dari kalian yang mengambil talinya lalu dia mencari kayu bakar dan dibawa dengan punggungnya lebih baik baginya daripada dia mendatangi seseorang lalu meminta kepadanya, baik orang itu memberi atau menolak.” (H.R Bukhari)

Sahabat Islam, jika kita termasuk kepada orang yang hanya bisa meminta-minta, seharusnya kita malu, mungkin sahabat pernah melihat di tayangan televisi, atau melihat secara langsung mereka yang bertubuh kurang sempurna masih mampu bekerja dengan keterbatasan fisik dan kemampuan yang ia miliki, contohnya ada seorang yang tidak bertangan mampu membuat lukisan indah dengan menggunakan kakinya. Sungguh Allah menciptakan manusia di balik kekurangan pasti ada kelebihan yang tersimpan, bukankah begitu sahabat...?

Pandangan Islam tentang Wanita Karir

tuntunan islam dalam bekerja
Wanita Karir adalah sebutan bagi wanita yang bekerja di luar rumah. Zaman sekarang sudah bukan hal yang aneh lagi melihat wanita bekerja di luar rumah, bahkan saat ini jumlah sudah amat sangat banyak, dimana ditunjang oleh perusahaan yang banyak menggunakan tenaga wanita dalam proses produksinya. Sebagian alasan para wanita karir adalah untuk menambah penghasilan karena uang yang diberikan oleh suaminya masih dirasa kurang.

Meskipun begitu, tetap saja hal ini masih banyak yang memperdebatkannya, ada yang menerima dan ada pula yang menolaknya. Lalu bagaimana menurut pandangan Islam sendiri?

Anggapan Kaum Feminis dan Islam


tuntunan islam dalam bekerja
Sahabat Islam, anda pasti pernah mendengar kata “Emansipasi Wanita” dan Kaum Feminis adalah bagian daripada itu. Kaum Feminis adalah mereka yang katanya memperjuangkan hak wanita. Mereka berpendapat bahwa wanita harus sejajar dengan laki-laki, wanita tidak boleh dikekang, dan lain sebagainya.

Meskipun begitu, wanita dan laki-laki tetap berbeda dalam hal-hal tertentu. Sebagai contoh, perbedaan fisik antara wanita dan laki-laki yang akan berpengaruh dalam pekerjaan yang meliputi :
  1. Laki-laki memiliki fisik yang lebih kuat sehingga mampu menerima tantangan yang keras untuk bekerja di luar rumah. 
  2. Perbedaan Hormon 
  3. Perbedaan psikis, wanita lebih mudah tersinggung, tempramental, apalagi ketika menstruasi. 
  4. Perbedaan susunan otak. Otak laki-laki jauh lebih unggul daripada otak wanita.
Sahabat Islam, meskipun begitu Islam adalah agama yang sempurna, Islam tidak akan mengekang wanita dan sama sekali tidak melarangnya keluar rumah, karena adakalanya wanita pun dibutuhkan kehadirannya di luar rumah. Contohnya belanja, meskipun sekarang sudah banyak toko online, yang bisa dipesan hanya melalui handphone tanpa harus keluar rumah, tapi apakah sudah ada yang bisa menjual sayuran atau sejenisnya di toko online itu? Belum ada kan? Jadi wanita tetap harus keluar rumah untuk mendapatkan itu.

Dalam hal wanita bekerja, tampaknya kita dapat melihat hadis Rasul yang satu ini :

Dari ‘Aisyah ra, dia menuturkan bahwa Hindun binti ‘Utbah berkata : "Wahai Rasulullah, sesungguhnya Abu Sufyan adalah seorang suami yang pelit. Ia tidak memberikan nafkah yang cukup untukku dan anakku, kecuali apa-apa yang aku ambil darinya dengan sembunyi-sembunyi" Maka Rasulullah SAW bersabda : “Ambillah harta yang mencukupi dirimu dan anakmu dengan cara yang ma’ruf (baik)” (H.R Bukhari)

Lalu Bagaimana Tuntunan Islam Bila Wanita Harus Bekerja Keluar Rumah?


Jika wanita harus keluar rumah untuk bekerja, maka hal-hal berikut yang mesti diperhatikan:

1. Mendapatkan izin dari walinya
Wali adalah kerabat seorang wanita yang mencakup sisi nasabiyah (garis keturunan, seperti dalam An Nuur:31), sisi sababiyah (tali pernikahan, yaitu suami), sisi ulul arham(kerabat jauh, yaitu saudara laki-laki seibu dan paman kandung dari pihak ibu serta keturunan laki-laki dari keduanya), dan sisi pemimpin (yaitu hakim dalam pernikahan atau yang mempunyai wewenang seperti hakim). Jika wanita tersebut sudah menikah, maka harus mendapat izin dari suaminya.

2. Berpakaian secara syar’i
Syarat pakaian syar’i yaitu menutup seluruh tubuh selain bagian yang dikecualikan (wajah dan telapak tangan), tebal dan tidak transparan, longgar dan tidak ketat, tidak berwarna mencolok (yang menggoda), dan tidak memakai wewangian.

3. Aman dari fitnah
Yang dimaksud aman dari fitnah adalah wanita tersebut sejak menginjakkan kaki keluar rumah sampai kembali lagi ke rumah, mereka terjaga agamanya, kehormatannya, serta kesucian dirinya. Untuk menjaga hal-hal tersebut, Islam memerintahkan wanita yang keluar rumah untuk menghindari khalwat (berduaan dengan laki-laki yang bukan mahram, tanpa ditemani mahramnya), ikhtilat (campur baur antara laki-laki dan wanita tanpa dipisahkan oleh tabir), menjaga sikap dan tutur kata (tidak melembutkan suara, menundukkan pandangan, serta berjalan dengan sewajarnya, tidak berlenggak-lenggok).

4. Adanya mahram ketika melakukan safar
Hal ini berdasarkan hadits Nabi SAW :

“Seorang wanita tidak boleh melakukan safar kecuali bersama mahramnya.” (HR. Bukhari)

Pekerjaan yang Cocok bagi Muslimah


tuntunan islam dalam bekerja
Sahabat Islam, lalu pekerjaan apa yang diperbolehkan bagi wanita setelah syarat-syarat di atas terpenuhi? Inilah diantaranya: 

=> Dokter, perawat, bidan, dan pekerjaan di bidang pelayanan medis lainnya, misalnya bekam, apoteker, pekerja laboratorium.
Dokter wanita menangani pasien wanita, anak-anak, dan juga lelaki dewasa. Untuk menangani lelaki dewasa, maka syaratnya adalah dalam keadaan darurat, misalnya saat peperangan, di mana laki-laki lain sibuk berperang, dan juga ketika dokter spesialis laki-laki tidak ditemui di negeri tersebut. Salah satu dalil yang membolehkannya adalah, dari ar-Rubayyi’ binti Mu’awwidz, dia berkata: 

“Dahulu, kami ikut bersama Nabi. Kami memberi minum dan mengobati yang terluka, serta memulangkan jasad (kaum muslimin) yang tewas ke Madinah.” (H.R Bukhari). 

Dalil lainnya adalah, dari Anas, dia berkata: 

“Dahulu, apabila Rasulullah pergi berperang, beliau membawa Ummu Sulaim dan beberapa orang wanita Anshar bersamanya. Mereka menuangkan air dan mengobati yang terluka.” (H.R Muslim)

Imam Nawawi menjelaskan hadits di atas, tentang kebolehan wanita memberikan pengobatan hanya kepada mahram dan suami mereka saja. Adapun untuk orang lain, pengobatan dilakukan dengan tidak menyentuh kulit, kecuali pada bagian yang dibutuhkan saja.

=> Di bidang ketentaraan dan kepolisian, hanya dibatasi pada pekerjaan yang dikerjakan oleh kaum wanita.
Seperti memenjarakan wanita, petugas penggeledah wanita misalnya di daerah perbatasan dan bandara.

=> Di bidang pengajaran (ta’lim).
Dibolehkan bagi wanita mengajar wanita dewasa dan remaja putri. Untuk mengajar kaum pria, boleh apabila diperlukan, selama tetap menjaga adab-adab, seperti menggunakan hijab dan menjaga suara.

=> Menenun dan menjahit.
Tentu ini adalah perkerjaan yang dibolehkan dan sangat sesuai dengan fitrah wanita.

=> Di bidang pertanian.
Dibolehkan wanita menanam, menyemai benih, membajak tanah, memanen, dsb.

=> Di bidang perniagaan.
Dibolehkan wanita untuk melakukan jual beli.

=> Tata rias kecantikan.
Tentu saja hal ini diperbolehkan dengan syarat tidak melakukan hal-hal yang dilarang, seperti menyambung rambut, mengikir gigi, mentato badan, mencabut alis, juga dilarang pula melihat aurat wanita yang diharamkan. Dilarang menggunakan benda-benda yang membahayakan tubuh, serta haram menceritakan kecantikan wanita yang diriasnya kepada laki-laki lain, termasuk suami si perias sendiri. 

Hukum Bekerja di Waktu Malam

tuntunan islam dalam bekerja
Sahabat Islam, seorang ulama pernah berkata tentang ini :

Surat An-Naba ayat 11-12 secara umum menjelaskan salah satu dari sekian banyak tanda kebesaran Allah, yaitu bagaimana Allah menjadikan siang sebagai waktu yang tepat untuk bekerja dan melaksanakan berbagai aktifitas, sementara malam adalah waktu yang disediakan untuk istirahat.

Namun begitu, ayat tersebut tidak dalam hal melarang bekerja di waktu malam. Selama pekerjaan itu bukan pekerjaan yang mengarah kepada dosa dan tidak membuat si pekerjanya mengabaikan kewajiban agama. Contoh dari pekerjaan ini salah satunya adalah Tenaga Security yang dibutuhkan kesiagaannya selama 24 jam penuh.

Pekerjaan yang dilarang Agama

Sahabat Islam, kemudian jenis pekerjaan apa saja sih yang seharusnya kita hindari? Tentu sebagai Muslim kita ingin mencari dan mendapat rizki dengan cara yang halal, karena begitulah Islam menganjurkannya.

Dan inilah jenis-jenis pekerjaan yang dilarang Islam :
  1. Penjahat (pencuri, perampok, perompak, penodong, penjambret, penipu, bajing loncat, penadah, dll)
  2. Pedagang barang haram (narkoba, minuman keras, video porno, alat keperluan judi, dan lain-lain)
  3. Pedagang curang (yang memanipulasi timbangan, mengakali makanan, tidak menjelaskan cacat, dsb)
  4. Pelacur, germo, makelar wts, serta pengusaha hiburan yang mendukung zina dan pornoaksi
  5. Orang yang merugikan negara dan rakyat (penjual pasal, koruptor, kolutor, nepotistor, dkk)
  6. Spekulan (penimbun komoditi yang dibutuhkan masyarakat, forex, saham, dan sebagainya)
  7. Pelaku riba (bank, usaha pemberi kredit, rentenir, lintah darat, meminjamkan uang meminta imbalan, dll)
  8. Penegak hukum jahat pembela kejahatan (oknum hakim, jaksa, pengacara, polisi, tni, kpk, pol pp, dll)
  9. Media massa yang menampilkan hal-hal yang bertentangan dengan ajaran agama islam.
  10. Pengambil harta orang lain tidak sesuai syariat (pajak, bea, cukai, tarif, upeti, uang jago, dll)
  11. Orang-orang yang menyebarkan ajaran agama yang salah dan menyesatkan.
Sahabat Islam setelah kita tahu untuk apa kita bekerja, sampai kepada jenis pekerjaan yang tidak diperbolehkan, sekarang mari kita bahas bagaimana agar pekerjaan kita memiliki nilai ibadah, karena inilah yang terpenting untuk kita sebagai Muslim. Untuk itu kita harus tahu etika ketika bekerja itu apa saja, dan ranjau-ranjau yang merusak nilai ibadah kerja kita.

Etika Bekerja Dalam Islam

tuntunan islam dalam bekerja
Sahabat Islam, dalam mewujudkan nilai-nilai ibadah dalam bekerja, diperlukan adab dan etika yang membingkainya, sehingga nilai-nilai luhur tersebut tidak hilang sia-sia. Diantara adab dan etika bekerja dalam Islam adalah :

1. Bekerja dengan ikhlas karena Allah SWT. 
Ini merupakan hal dan landasan terpenting. Artinya ketika bekerja, niat utamanya adalah karena Allah SWT.


2. Itqon, tekun dan sungguh-sungguh dalam bekerja. 
Kita tahu bahwa kehadiran tepat pada waktunya, menyelesaikan apa yang sudah menjadi kewajibannya secara tuntas, tidak menunda-nunda pekerjaan, tidak mengabaikan pekerjaan, adalah bagian yang tidak terpisahkan dari esensi bekerja itu sendiri yang merupakan ibadah kepada Allah SWT. Dalam sebuah hadits, riwayat Aisyah ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda: 

"Sesungguhnya Allah SWT mencintai seorang hamba yang apabila ia bekerja, dia itqan (menyempurnakan) pekerjaannya." (HR. Thabrani).

3. Jujur dan amanah. 
Implementasi jujur dan amanah dalam bekerja diantaranya adalah dengan tidak mengambil sesuatu yang bukan menjadi haknya, tidak curang, obyektif dalam menilai, dan sebagainya. Rasulullah SAW memberikan janji bagi orang yang jujur dan amanah akan masuk ke dalam surga bersama para shiddiqin dan syuhada'. Dalam hadits riwayat Imam Turmudzi : Dari Abu Said Al-Khudri ra, beliau berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: 

"Pebisnis yang jujur lagi dipercaya (anamah) akan bersama para nabi, shiddiqin dan syuhada.”

4. Menjaga etika sebagai seorang muslim. 
Bekerja juga harus memperhatikan adab dan etika sebagai seroang muslim, seperti etika dalam berbicara, menegur, berpakaian, bergaul, makan, minum, berhadapan dengan pelanggan, rapat, dan sebagainya. Bahkan akhlak atau etika ini merupakan ciri kesempurnaan iman seorang mu'min. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW mengatakan : 

"Orang mu'min yang paling sempurna imannya adalah mereka yang paling baik akhlaknya." (HR. Turmudzi).

5. Tidak melanggar prinsip-prinsip syariah. 
Aspek lain dalam etika bekerja dalam Islam adalah tidak boleh melanggar prinsip-prinsip syariah dalam pekerjaan yang dilakukannya. Tidak melanggar prinsip syariah ini dapat dibagi menjadi beberapa hal. Pertama, dari sisi dzat atau substansi dari pekerjaannya, seperti memproduksi barang yang haram, menyebarluaskan kefasadan (seperti pornografi dan permusuhan), riba, risywah dan sebagainya. Kedua, dari sisi penunjang yang tidak terkait langsung dengan pekerjaan, seperti tidak menutup aurat, ikhtilat antara laki-laki dengan perempuan, membuat fitnah dalam persaingan dan sebagainya. Pelanggaran-pelanggaran terhadap prinsip syariah, selain mengakibatkan dosa dan menjadi tidak berkahnya harta, juga dapat menghilangkan pahala amal shaleh kita dalam bekerja. Allah SWT berfirman: 

"Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul-Nya dan janganlah kalian membatalkan amal perbuatan/pekerjaan kalian..."

6. Menghindari syubhat. 
Dalam bekerja terkadang seseorang dihadapkan dengan adanya syubhat atau sesuatu yang meragukan dan samar antara kehalalan dengan keharamannya. Seperti unsur-unsur pemberian dari pihak luar, yang terdapat indikasi adanya satu kepentingan terntentu. Atau seperti bekerja sama dengan pihak-pihak yang secara umum diketahui kedzaliman atau pelanggarannya terhadap syariah. Dan syubhat semacam ini dapat berasal dari internal maupun eksternal. Oleh karena itulah, kita diminta hati-hati dalam kesyubhatan ini. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda: 

"Halal itu jelas dan haram itu jelas, dan diantara keduanya ada perkara-perkara yang syubhat. Maka barang siapa yang terjerumus dalam perkara yang syubhat, maka ia terjerumus pada yang diharamkan..." (HR. Muslim)

7. Menjaga ukhuwah Islamiyah. 
Aspek lain yang juga sangat penting diperhatikan adalah masalah ukhuwah islamiyah antara sesama muslim. Jangan sampai dalam bekerja atau berusaha melahirkan perpecahan di tengah-tengah kaum muslimin. Rasulullah SAW sendiri mengemukakan tentang hal yang bersifat prefentif agar tidak merusak ukhuwah Islamiyah di kalangan kaum muslimin. Beliau mengemukakan, 

"Dan janganlah kalian menjual barang yang sudah dijual kepada saudara kalian" (HR. Muslim). 

Karena jika terjadi kontradiktif dari hadits tersebut, tentu akan merenggangkan juga ukhuwah Islamiyah diantara mereka, saling curiga dan sebagainya. Karena masalah pekerjaan atau bisnis yang menghasilkan uang, akan sangat sensitif bagi palakunya. Kaum Anshar dan Muhajirin yang secara sifat, karakter, background dan pola pandangnya sangat berbeda telah memberikan contoh sangat positif bagi kita, yaitu ukhuwah islamiyah. Salah seorang sahabat Anshar bahkan mengatakan kepada Muhajirin, jika kamu mau, saya akan bagi dua seluruh kekayaan saya, rumah, harta, kendaraan, bahkan (yang sangat pribadipun direlakan), yaitu istri. Hal ini terjadi lantaran ukhuwah antara mereka yang demikian kokohnya. 

Ranjau-Ranjau Berbahaya Dalam Dunia Kerja 


Dunia kerja adalah dunia yang terkadang dikotori oleh ambisi-ambisi negatif manusia, ketamakan, keserakahan, keinginan menang sendiri, dan sebagainya. Karena dalam dunia kerja, umumnya manusia memiliki tujuan utama hanya untuk mencari materi. Dan tidak jarang untuk mencapai tujuan tersebut, segala cara digunakan. Sehingga sering kita mendengar istilah, injak bawah, jilat atas dan sikut kiri kanan. (Na'udzu billah min dzalik). Oleh karenanya, disamping kita perlu untuk menghiasi diri dengan sifat-sifat yang baik dalam bekerja, kitapun harus mewaspadai ranjau-ranjau berbahaya dalam dunia kerja serta berusaha untuk menghindarinya semaksimal mungkin. Karena dampak negatif dari ranjau-ranjau ini sangat besar, diantaranya dapat memusnahkan seluruh pahala amal shaleh kita. Berikut adalah diantara beberapa sifat-sifat buruk dalam dunia kerja yang perlu dihindari dan diwaspadai:

1. Hasad (Dengki) 
Hasad atau dengki adalah suatu sifat, yang sering digambarkan oleh para ulama dengan ungkapan "senang melihat orang susah, dan susah melihat orang senang". Sifat ini sangat berbahaya, karena akan "menghilangkan" pahala amal shaleh kita dalam bekerja.Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda :

Dari Abu Hurairah ra berkata, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, “Jauhilah oleh kalian sifat hasad (iri hati), karena sesungguhnya hasad itu dapat memakan kebaikan sebagaimana api melalap kayu bakar.” (HR. Abu Daud)

2. Saling Bermusuhan
Tidak jarang, ketika orang yang sama-sama memiliki ambisi dunia berkompetisi untuk mendapatkan satu jabatan tertentu, atau ingin mendapatkan "kesan baik" di mata atasan, atau sama-sama ingin mendapatkan proyek tertentu, kemudian saling fitnah, saling tuduh, lalu saling bermusuhan. Jika sifat permusuhan merasuk dalam jiwa kita, dan tidak berusaha kita hilangkan, maka akibatnya juga sangat fatal, yaitu bahwa amal shalehnya akan "dipending" oleh Allah SWT, hingga mereka berbaikan. Dalam hadits lain Rasulullah SAW bersabda :

Dari Abu Hurairah ra berkata,bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Pintu-pintu surga dibuka pada hari senin dan kamis, maka pada hari itu akan diampuni dosa setiap hamba yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, kecuali seseorang yang sedang bermusuhan dengan saudaranya sesama muslim, maka dikatakan kepada para malaikat, “Tangguhkan dua orang ini sampai mereka berbaikan.” (HR. Muslim).

3. Berprasangka Buruk 
Sifat inipun tidak kalah negatifnya. Karena ambisi tertentu atau hal tertentu, kemudian menjadikan kita bersu'udzon atau berprasangka buruk kepada saudara kita sesama muslim, yang bekerja dalam satu atap bersama kita, khususnya ketika ia mendapatkan reward yang lebih baik dari kita. Sifat ini perlu dihindari karena merupakan sifat yang dilarang oleh Allah & Rasulullah SAW, di samping juga bahwa sifat ini merupakan pintu gerbang ke sifat negatif lainnya. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda :

Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Jauhilah oleh kalian prasangka buruk, karena sesungguhnya prasangka buruk itu adalah sedusta-dustanya perkataan. Dan janganlah kalian mencari-cari berita kesalahan orang lain, dan janganlah kalian mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah kalian saling mementingkan diri sendiri, dan janganlah kalian saling dengki, dan janganlah kalian saling marah, dan jangan lah kalian saling memusuhi dan jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersudara.” (HR. Muslim)
4. Sombong
Di sisi lain, terkadang kita yang mendapatkan presetasi sering terjebak pada satu bentuk kearogansian yang mengakibatkan pada sifat kesombongan. Merasa paling pintar, paling profesional, paling penting kedudukan dan posisinya di kantor, dan sebagainya. Kita harus mewaspadai sifat ini, karena ini merupakan sifatnya syaitan yang kemudian menjadikan mereka dilaknat oleh Allah SWT serta dijadikan makhluk paling hina diseluruh jagad raya ini. Sifat ini pun sangat berbahaya, karena dapat menjadikan pelakunya diharamkan masuk ke dalam surga (na'udzu billah min dzalik). Dalam sebuah riwayat Rasulullah SAW bersabda :

"Tidak akan pernah masuk ke dalam surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat satu biji sawi sifat kesombongan" (HR. Muslim).

5. Namimah (mengadu domba)
Indahnya dunia terkadang membutakan mata. Keingingan mencapai sesuatu, meraih kedudukan tinggi, memiliki gaji yang besar, tidak jarang menjerumuskan manusia untuk saling fitnah dan adu domba. Sifat ini teramat sangat berbahaya, karena akan merusak tatanan ukhuwah dalam dunia kerja. Di samping itu, sifat sangat dimurkai oleh Allah serta dibenci Rasulullah SAW. Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda :

Dari Hudzaifah ra berkata bahwa Rasulullah SAW bersbada :

“Tidak akan masuk surga sesroang yang suka mengadu domba.” (HR Bukhari Muslim)

Sahabat Islam, masih banyak sesungguhnya sifat-sifat lain yang perlu dihindari. Namun setidaknya kelima ranjau berbahaya tadi, dapat menggugah kita untuk menjauhi segala ranjau-ranjau berbahaya lainnya khususnya dalam kehidupan dunia kerja. Jadi, sekarang mari kita bekerja dengan niat ikhlas, hiasi dengan sifat-sifat positif dan songsonglah hari esok dengan penuh kegemilangan serta keridhaan dari Allah SWT.



Pekerjaan yang Mulia dalam Islam


Islam adalah agama Rahmatan lil ‘alamin. Islam diturunkan kepada seluruh umat manusia dengan tujuan menyelamatkan manusia dari zaman jahiliyyah menuju cahaya.

Selain itu, Islam turun untuk mengembalikan manusia keada fitrahnya, yaitu meyakini ke-Esa-an Allah Swt. Oleh karena itu, ajaran Islam yg pertama adalah dua kalimat syahadat (tauhid). Dalam hal materi, fitrah manusia menginginkan kekayaan atau keuntungan yang besar. Untuk memfasilitasi hal tersebut, Islam menghargai bentuk-bentuk usaha yang produktif dan memiliki nilai lebih dalam maslahat umum, dibanding usaha-usaha lain.

Dalam Islam, ada 2 usaha yg sangat dianjurkan, yaitu bercocok tanam dan berdagang. Orang yang bercocok tanam bila dijadikan sumber penghasilan, akan mendapat tiga keuntungan, yaitu :
  1. Bekerja mencari nafkah, berarti telah menjalankan kewajibannya, dan akan dijanjikan pahala.
  2. Ia telah mengikuti ajaran agamanya untuk bercocok tanam.
  3. Ia telah membantu kehidupan makhluk Allah, merawat dan membesarkannya, untuk kemudian memanfaatkannya sesuai yang diperbolehkan oleh Allah Swt.
Selain bercocok tanam, usaha produktif lain yang dianjurkan dalam Islam adalah berdagang.

Nabi Muhammad Sholallahu ‘alaihi wa salam bersabda, 

”Seorang pedagang yg jujur dan dapat dipercaya akan dikumpulkan bersama para nabi, para shiddiq, dan orang-orang yg mati syahid.” (HR. At Tirmidzi, Ad Darimi, dan Al Hakim).

Dalam hadits ini, sosok orang yang dipuji adalah pedagang yang jujur. Dengan dagangan dan kejujurannya, ia mendapat posisi yang sangat terpuji dan disejajarkan dengan para Nabi dan para shiddiq.

Baik berdagang atau bercocok tanam, keduanya tergolong usaha produktif. Tiap-tiap dari keduanya juga memiliki potensi untuk terus berkembang dan mengalami dinamika yang berkesinambungan, bila ditangani secara serius dan profesional.

Berbeda dengan bekerja sebagai pegawai, karyawan, dan sejenisnya, yang cenderung statis dan sulit berkembang, kecuali sekedar melalui fase-fase peralihan (naik pangkat, gaji, dan sejenisnya) yang sudah bisa ditebak alur dan batasnya. Wallahu A’lam.

Motivasi Bekerja dalam Islam

tuntunan islam dalam bekerja
Untuk mengetahui motivasi kerja dalam Islam, kita perlu memahami terlebih dahulu fungsi dan kedudukan bekerja. Mencari nafkah dalam Islam adalah sebuah kewajiban. Islam adalah agama fitrah, yang sesuai dengan kebutuhan manusia, diantaranya kebutuhan fisik. Dan, salah satu cara memenuhi kebutuhan fisik itu ialah dengan bekerja.

Motivasi kerja dalam Islam itu adalah untuk mencari nafkah yang merupakan bagian dari ibadah. Motivasi kerja dalam Islam bukanlah untuk mengejar hidup hedonis, bukan juga untuk status, apa lagi untuk mengejar kekayaan dengan segala cara. Tapi untuk beribadah. Bekerja untuk mencari nafkah adalah hal yang istimewa dalam pandangan Islam.

Cobalah simak beberapa kutipan hadist dibawah ini. Anda bisa melihat bagaimana istimewanya bekerja mencari nafkah menurut sabda Nabi saw.

"Sesungguhnya Allah suka kepada hamba yang berkarya dan terampil (professional atau ahli). Barangsiapa bersusah-payah mencari nafkah untuk keluarganya maka dia serupa dengan seorang mujahid di jalan Allah 'Azza wa jalla." (HR. Ahmad)

"Barangsiapa pada malam hari merasakan kelelahan dari upaya ketrampilan kedua tangannya pada siang hari maka pada malam itu ia diampuni oleh Allah." (HR. Ahmad)

Mencari rezeki yang halal dalam agama Islam hukumnya wajib. Ini menandakan bagaimana penting mencari rezeki yang halal. Dengan demikian, motivasi kerja dalam Islam, bukan hanya memenuhi nafkah semata tetapi sebagai kewajiban beribadah kepada Allah setelah ibadah fardlu lainnya.

"Mencari rezeki yang halal adalah wajib sesudah menunaikan yang fardhu (seperti shalat, puasa, dll)." (HR. Ath-Thabrani dan Al-Baihaqi)

Perlu diperhatikan dalam hadist di atas, ada kata sesudah. Artinya hukumnya wajib sesudah ibadah lain yang fardhu. Jangan sampai karena merasa sudah bekerja, tidak perlu ibadah-ibadah lainnya. Meski kita bekerja, kita tetap wajib melakukan ibadah fardhu seperti shalat, puasa, ibadah haji, zakat, jihad, dan dakwah. Jangan sampai kita terlena dengan bekerja tetapi lupa dengan kewajiban lainnya.

Jadi, tidak ada kata malas atau tidak serius bagi seorang Muslim dalam bekerja. Motivasi kerja dalam Islam bukan mencari uang semata, tetapi serupa dengan seorang mujahid, diampuni dosanya oleh Allah SWT, dan tentu saja ini adalah sebuah keajiban seorang hamba kepada Allah SWT. Insya Allah...

***


Demikianlah Artikel Tuntunan Islam dalam Bekerja

Sekianlah artikel Tuntunan Islam dalam Bekerja kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Tuntunan Islam dalam Bekerja dengan alamat link https://alislamiblog.blogspot.com/2016/07/tuntunan-islam-dalam-bekerja.html
Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Tuntunan Islam dalam Bekerja

0 comments:

Post a Comment